Selasa, 15 Februari 2011

Dunia, Sambutlah, AREMA INDONESIA !!!



Hari-hari ini adalah hari-hari penuh harapan bagi sepakbola Indonesia, hari-hari dimana seluruh harapan dari penjuru negeri bercampur menjadi satu, menjadi sebuah harapan nasional. Harapan yang derajatnya hampir sama dengan harapan untuk memperbaiki kondisi kesejahteraan masyarakat. Harapan yang setingkat dengan harapan menanti kemerdekaan negeri ini dari cengkeraman penjajah, harapan yang saya yakin mengalahkan harapan para pencinta atas seseorang yang dicintainya, inilah paling tidak yang saya rasakan. Ditengah menanti jawaban atas cinta saya pada seorang wanita yang sangat indah, yang sudah hampir enam bulan terakhir tidak juga terjawab, saya berada dalam euphoria besar pencinta sepakbola Indonesia.
Euphoria yang hadir dari Malang Raya, semangat dan harapan besar Aremania menyambut segera bertandingnya tim kebanggaan mereka Arema Indonesia di Liga Champions Asia, euphoria yang bisa memberi semangat pada siapapun yang berada disekitarnya. Euphoria yang hadir dari semangat tidak kenal lelah dan tidak kenal takut khas Arek-arek Malang, euphoria yang hadir dari kecintaan kepada sebuah klub sepakbola yang telah membuat mereka tertawa penuh kebanggaan, menangis penuh kesedihan, tertegun tidak percaya, berteriak tidak kenal lelah, bahkan menumpahkan darah, tapi ini bukanlah hanya sebuah euphoria, ini adalah harapan, harapan untuk sebuah kebanggaan dan harga diri, inilah sepakbola, dan yang lebih penting, seperti tulisan yang sering terpancang di sisi utara stadion Kanjuruhan, “Inilah Arema, This is Arema”.
This is Arema
Liga Champions Asia adalah harapan tertinggi bagi klub-klub sepakbola Asia, mimpi tertinggi yang ingin diraih oleh seluruh klub sepakbola tidak hanya di Indonesia, tapi juga di Asia. Melihat Arema Indonesia, berada di puncak tertinggi sepakbola Asia adalah mimpi saya secara pribadi, tapi mimpi terliar saya adalah ketika nama Arema Indonesia berada di Clup World Cup Championship atau biasa disebut Piala Dunia antar klub, tempat dimana para juara bertanding, tempat dimana saatnya menunjukkan harga diri asia, bukan hanya sekedar bermain disana yang saya inginkan, tetapi menjadi Juara yang saya harapkan. Saya yakin, ini bukan hanya mimpi saya, tapi juga mimpi seluruh Aremania diseluruh penjuru dunia, bahkan saya yakin ini adalah mimpi yang juga dimiliki oleh seluruh pendukung klub-klub sepakbola dimanapun berada, yakni, untuk menjadi yang terbaik di Dunia, inilah puncak kejayaan dan kebanggaan.
Permasalahannya hari ini adalah, seperti yang telah disampaikan secara menggebu-gebu dan penuh Inspirasi oleh Andrea Hirata dalam novelnya, bukan sebesar apa mimpi kita, tapi seberapa besar kita untuk mimpi itu. Seberapa besar usaha-usaha yang kita lakukan untuk mencapai semua mimpi-mimpi itu, seberapa tangguh kita untuk tidak berkata “cukup” tapi selalu berkata “bisa” (bukan iklan loh ya), untuk selalu berkata bahwa inilah saatnya bagi kita semua (Arema dan Aremania) untuk berbuat, bukan hanya demi nama besar Arema Indonesia, tapi juga demi kebanggaan seluruh penjuru negeri yang tengah carut marut ini.
Saya pernah menitikkan air mata dan merasa bangga ketika melihat PSM Makassar mampu berbicara banyak di pentas Liga Champions Asia beberapa tahun yang lalu, dan saya tidak bisa memperkirakan apa yang akan saya lakukan jika Arema Indonesia bisa berbicara banyak dan tidak hanya sekedar mencegah tidak menjadi lumbung gol bagi tim-tim tangguh Asia, tapi juga minimal bisa lolos dari putaran Grup di pentas Liga Champions Asia, minimal, mungkin saya akan merasa seperti apa yang saya rasakan ketika Arema menjadi Juara Liga Super Indonesia, itu minimal, bisa juga lebih.
Tapi perjuangan ini bukanlah sebuah perjuangan yang mudah, perjuangan untuk berada di puncak kejayaan adalah sebuah perjuangan yang butuh segala yang terbaik yang kita miliki, perjuangan yang membutuhkan tidak hanya semangat tapi juga totalitas, perjuangan yang tidak hanya membutuhkan sekedar ucapan tapi juga perbuatan. Dilihat dari sudut manapun, factor teknis maupun non-teknis, tidak ada satupun rumus yang benar-benar menguntungkan Arema. Dari segi permainan, kita semua telah sama-sama tahu, bagaimana kemampuan bertanding klub-klub dari Juara Piala Asia 2011, Jepang, atau dari Negara Semifinalis Piala Dunia 2002, Korea Selatan, atau dari Negara yang pernah menghancurkan Tim Nasional Indonesia dengan skor 5-1, China, mereka paling tidak berada satu tingkat di atas Arema, skill individu pemain, gaya permainan, kolektivitas tim, saya yakin mereka berada di atas Arema, tapi bukan berarti tidak bisa dikalahkan, toh klub-klub Indonesia lain juga penah menjungkalkan mereka, jika yang lain bisa, kenapa kita tidak. Factor non-teknis juga akan sangat berpengaruh, salah satunya suhu udara di Jepang saat ini bisa menyentuh 10oC bahkan jika bermain Malam hari bisa menyentuh angkat di bawah 0oC sebuah ukuran suhu yang tidak pernah terjadi di Indonesia, dan ini akan sangat mengganggu.
Kondisi-kondisi seperti ini adalah tantangannya, tantangan untuk berbenah dan mencapai sebuah titik yang lebih tinggi, sama seperti Tuhan, yang selalu memberikan ujian kepada umatnya untuk kemudian mengangkat derajatnya jika sang hamba berhasil melalui ujian tersebut, maka Liga Champions Asia adalah sebuah titik ujian lain bagi Arema, jika berhasil melewatinya maka Arema akan berada di level yang lebih tinggi dari yang pernah dicapai sebelumnya.
Jika gagal, maka anggaplah kita harus kembali ke barak, kembali belajar untuk menaklukkan dunia, kembali belajar bermain sepakbola untuk dapat sekelas dengan Barcelona, karena kegagalan adalah Guru yang terbaik. Jika berhasil, maka kita-pun harus kembali ke barak, mengatur strategi baru, berlatih untuk minimal mempertahankan permainan dan berusaha memperbaiki semua sisi lemah yang ada, sehingga memperkecil kemungkinan untuk ditaklukkan dalam hitungan matematis. Dan ketika saat kembali berlaga hadir, kita telah mencapai titik yang lebih tinggi dalam permainan sepakbol,dan lebih dekat dengan puncak dunia.
Aremania juga harus mempersiapkan diri, mempersiapkan mental yang lebih baik daripada yang telah ditunjukkan selama ini ketika berlaga di Liga Super, belajar untuk tidak mudah terprovokasi oleh apapun, tidak mudah melemparkan apapun ke-dalam lapangan hijau, tidak mudah untuk meneriakkan kata-kata rasis, karena level kita kini berbeda, level kita kini adalah level Asia, dan jelas kita harus lebih baik dari mereka yang hanya berada di level Nasional. Dengan level yang lebih tinggi, maka level dukungan terhadap klub juga harus lebih “menggila”, model dukungan terhadap klub harus lebih bergelora dan membangkitkan ghiroh perjuangan para punggawa Singo Edan, tekanan terhadap lawan juga harus semakin keras hingga merontokkan mental mereka ketika berlaga di Kandang Singa, tapi tetap harus berada dalam koridor sportifitas dan fair play.
Saya yakin Arema dan Aremania mampu untuk berprestasi di Liga Champions Asia, sama seperti konsep yang digunakan oleh Tuhan, bahwa Tuhan tidak akan pernah menguji hambanya dengan sesuatu yang di luar kemampuannya, maka ketika Tuhan “mengirim” kita untuk berlaga di Liga Champions Asia, dan menguji kemampuan kita semua (Arema dan Aremania), maka saya yakin, Tuhan beranggapan kita mampu untuk melakukannya, dan anggapan Tuhan tidak akan pernah salah, sedikitpun. Sekarang tinggal bagaimana kita menghadapi dan menyelesaikan ujian ini, memberi jawaban pada anggapan Tuhan bahwa kita benar-benar mampu untuk naik level, berusaha dan memberikan yang terbaik untuk ujian berat ini, semuanya demi Kebanggaan Singo Edan dan Garuda Sakti. Dan, ketika semua hal telah kita lakukan denngan sebaik-baiknya usaha yang bisa kita lakukan, maka untuk selanjutnya, serahkan semuanya pada penilaian Tuhan, apakah kita benar-benar telah memberikan segala usaha yang terbaik, setelah itu, biarkan Intervensi Tuhan menentukan hasil akhirnya.

0 koment:

Posting Komentar